Hafid
Agourram (Bishop’s University, Lennoxville, Canada) and John Ingham (University
of Sherbrooke, Sherbrooke, Canada)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SI sukses dalam Konteks Internasional
Masalah
definisi dan pengukuran SI menjadi semakin sulit dan semakin rumit jika kita
menambahkan dimensi internasional (Ishman, 1998; Garrity dan Sanders, 1998).
Dimensi internasional mencakup istilah budaya, seperti nilai dan asumsi, yang
mana mungkin merupakan inti dari perbedaan persepsi dan interpretasi. Perbedaan
persepsi internasional tentang makna sebuah fenomena adalah topik penting dalam
manajemen internasional atau disiplin manajemen lintas budaya. Tujuan utama
dalam penelitian ini adalah berusaha untuk memahami makna keberhasilan SI dalam
berbagai budaya nasional.
Budaya
Budaya
adalah istilah yang awalnya dikembangkan di bidang antropologi dan baru-baru
ini menjadi lahan penelitian yang lazim dalam studi organisasi. Kompleksitas
konsep budaya berasal dari kergaman perspektif yang menyelidikinya. Satu hal
yang semua peneliti sependapat adalah fakta bahwa budaya beruhubungan dengan
manusia. Produk budaya adalah simbol norma dan nilai masyarakat, yang didasari
oleh asumsi dasar tentang eksistensi dan kehidupan manusia. Budaya nasional
merupakan jenis utama budaya.
Budaya
Nasional
Budaya
nasional adalah konsep yang membantu menentukan kesamaan dan perbedaan antara
budaya negara. Hofstede (1980) mengembangkan empat jenis model organisasi.
Diantara lima dimensi yang ia kembangkan, “jarak kekuatan” dan “penghindaran
ketidakpastian” dianggap paling penting dalam mempelajari organisasi di dalam
perbedaan budaya nasional. Kombinasi dari dimensi ini menghasilkan empat
kuadran kerangka kerja, yang mewakili profil organisasi di dalam model
organisasi: mesin, pasar, piramida dan keluarga. Masing-masing bagian dari
model organisasi mencakup semua negara yang memilliki tingkat kesamaan dimensi
budaya nasional.
Keberhasilan
Budaya Nasional dan Sistem Informasi
Mayoritas
penulis melakukan penelitian lintas budaya antara dua negara atau lebih yang
berbeda secara budaya dan menyelidiki apakah ada teori atau tidak atau temuan
mengenai keberhasilan SI. Peneliti lain
menguji apakah variabel keberhasilan SI akan terbukti valid dalam budaya ini.
Namun, berdasarkan literatur yang dilakukan oleh Ford et al. (2003), tdiak ada
penelitian yang mengembangkan kategori keberhasilan SI dalam perbedaan budaya nasional.
Yakni, bagaimana orang dalam perbedaan budaya benar-benaar merasakan dan
mengartikan keberhasilan SI.
Pertanyaan
dan Metode Penelitian
Peraga
2 menunjukan kerangka kerja umum yang memandu pertanyaan penelitian,
pengumpulan data dan prosedur analisis.
Kerangka kerja ini terbuat dari dua komponen utama: budaya nasional dan
makna keberhasilan SI pada tingkat pengguna. Tujuan dari kerangka kerja bukan
untuk menguji hubungan. Sebaliknya, panah hanya menunjukkan logika bahwa budaya
nasional akan mempengaruhi makna dari keberhasilan SI pada tingkat pengguna. Kami
akan mewawancarai kelompok pengguna dari Perancis, Jerman dan Kanada. Analisis
data akan menentukan bagaimana keberhasilan SI dirasakan oleh masing-masing
kelompok. jika persepsi ini berbda dari satu kelompok ke kelompok lainnya, maka
kita akan mendukung gagasan bahwa dalam kasus kami, perbedaan ini terutama
disebabkan oleh perbedaan budaya nasional. Berikut ini adalah pertanyaan
penelitian: bagaimana budaya nasional mempengaruhi persepsi tentang makna
keberhasilan SI pada tingkat pengguna?
Figure
1
Kerangka Penelitian
Kasus
Fokus kasus dari penelitian ini adalah organisasi
multinasional yang memiliki anak perusahaan di 14 negara berbeda dan
mempekerjakan sekitar 80.000 karyawan pada saat penelitian. Kasus ini
memutuskan untuk menerapkan sistem perencanaan sumber daya perusahaan di semua
anak perusahaan. Sebuah sistem standar dipilih dan kontrak bernilai miliaran
dolar ditandatangani. Biaya awal proyek diperkirakan lebih dari 2,4 miliar
dolar selama periode implementasi sekitar sepuluh tahun. Proyek
ini adalah proyek terbesar yang diambil perusahaan dan yang pernah ada dalam
sejarah dan manajemennya sangat menyadari tantangan yang dihadapi.
Organisasi tersebut
sangat percaya bahwa setiap anak perusahaan perlu menyesuaikan produknya ke
pasar yang dilayaninya (respons pasar lokal) dan mematuhi filosofi manajemen
kantor perusahaan (konsistensi dengan kebijakan kantor pusat). Manajemen di
kantor pusat percaya bahwa tujuan ideal adalah mencapai keseimbangan optimal
antara respons pasar dan konsistensi dengan kantor pusat. Sekitar 44 persen
angkatan kerja organisasi tersebut berada di Eropa dan 52 persen di Amerika
Utara. Perusahaan ini memiliki lima divisi dan beroperasi di empat belas negara
yang berbeda. Satu divisi khusus dalam organisasi dipilih untuk melakukan
penelitian. Hal ini memungkinkan kita untuk meminimalkan dampak lingkungan
industri dan budaya organisasi. Model organisasi Hofstede (1994) dipilih untuk
memilih negara-negara penelitian. Divisi ini beroperasi di Kanada, Amerika
Serikat, Meksiko, Jerman, Prancis, Austria, Belgia, Republik Cheska, Inggris,
Swiss dan China. Unit analisis adalah responden dari anak perusahaan Perancis,
Jerman dan Kanada. Perancis, Jerman dan Kanada masing-masing berada di kuadran
yang berbeda dari model organisasi Hofstede (1994): Kanada di kuadran pasar", Prancis di Kuadran
"piramida" dan Jerman di kuadran "mesin".
Pemilihan peserta dan profil
Pemilihan peserta
penelitian tidak dilakukan oleh peneliti. Seorang wakil presiden di kantor
pusat dituntut untuk melakukan semua langkah yang diperlukan untuk pemilihan
orang yang diwawancarai. Persyaratan utama yang terpenuhi dalam seleksi ini
adalah bahwa para peserta harus memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam
bekerja dengan beberapa sistem informasi organisasi.
Metode penyidikan
Proses induktif diikuti
dalam penelitian ini. Artinya, dari data yang didasarkan pada konteksnya
sendiri, perusahaan membangun model kesuksesan SI untuk masing-masing negara
yang diselidiki. Karena penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan
menemukan makna keberhasilan SI dalam berbagai budaya nasional, pendekatan
kualitatif berdasarkan wawancara mendalam secara pribadi digunakan. Teori yang
muncul akan dikembangkan dari kata-kata dan makna terkait seperti yang
dijelaskan oleh para peserta. Analisis teori grounded, yang bertujuan untuk
mengembangkan teori yang didasarkan pada data (Myers, 1997), digunakan dalam
penelitian ini. Teori grounded adalah metode di mana peneliti mencoba untuk
mendapatkan sebuah teori dengan menggunakan beberapa tahap pengumpulan data dan
penyempitan dan keterkaitan kategori informasi (Strauss and Corbin, 1990).
Inilah tujuan dari penelitian ini. Model ini harus didasarkan pada data peserta
karena dikumpulkan dan dianalisis dalam konteks peserta. Tiga elemen dasar
teori grounded adalah: konsep, kategori dan proposisi. Konsep adalah tingkat
abstraksi data mentah yang paling rendah seperti yang ditekankan oleh Corbin
dan Strauss (1999). Kategori abstraksi teoritis lebih tinggi daripada konsep.
Perbedaan antara konsep dan kategori adalah tingkat abstraksi teoritis.
Pengumpulan data dan metode analisis
Pengumpulan data
berlangsung dalam konteks nyata, yaitu di tempat kerja peserta penelitian.
Pengumpulan data terutama didasarkan pada wawancara terbuka. Catatan wawancara
diambil di atas kertas dan sebagian besar dicatat. Sejumlah kecil peserta
menolak untuk mencatat wawancara meskipun mereka yakin bahwa kerahasiaan dan
kerahasiaan akan dihormati. Terlepas dari kejadian langka tersebut, pencatatan
wawancara terbukti menjadi teknik yang bermanfaat. Setelah setiap wawancara,
catatan dan kaset ditinjau ulang sehingga memastikan bahwa tidak ada informasi
yang relevan yang terlewatkan.
Proses dua tahap
dilakukan dalam penelitian ini. Tahap pertama menyangkut analisis data oleh
salah satu peneliti. Pada tahap kedua, dua pakar diminta dalam sistem informasi
dari sebuah universitas terkenal untuk memverifikasi temuan. Mereka diminta
untuk memverifikasi bahwa setiap konsep termasuk dalam kategori dan bahwa nama
kategori tersebut secara akurat mewakili maknanya.
Figure
2
Langkah dalam Metode Analisis
Semua data wawancara
ditranskrip pada komputer menggunakan paket pengolah kata. Kemudian, semua data
mentah pengganti ditulis di atas kartu kertas. Mekanisme pengkodean disusun
sebagai berikut: tiga karakter untuk mewakili negara dan dua digit untuk mewakili
nomor peserta. Misalnya, CAN06, mewakili data mentah keberhasilan SI pada
tingkat individu yang diberikan oleh peserta Kanada nomor 6. Proses yang sama
diulang untuk semua catatan peserta dari negara lain. Kartu dianalisis lagi dan
lagi dan dibandingkan satu sama lain untuk mendeteksi kesamaan dan perbedaan
dalam data mentah. Open coding seperti yang dijelaskan oleh Corbin dan Strauss
(1999) digunakan untuk menemukan konsep dan konsep pengelompokan ke dalam
kategori.
Umpan
balik dari panel ahli sangat berharga. Lalu dibuatlah beberapa modifikasi
berdasarkan saran mereka. Modifikasi ini menyangkut pelabelan kategori dan juga
beberapa konsep dalam kategori.
Kategori
|
Kanada
|
Jerman
|
Perancis
|
Dampak pada tugas individu
|
+
|
+
|
+
|
Dampak pada karir pengguna
|
+
|
+
|
+
|
Dampak pada pengambilan
keputusan
|
+
|
+
|
+
|
Kepuasan pengguna
|
+
|
+
|
+
|
Kebebasan pengguna dari
manajemen dan ketergantungan pada kelompok
|
-
|
+
|
-
|
Kebebasan pengguna pada
ahli system informasi
|
-
|
-
|
+
|
Wewenang pengguna melebihi
system
|
-
|
-
|
+
|
Kegunaan
|
-
|
-
|
+
|
Dampak pada keterampilan
dan pengetahuan pengguna
|
+
|
-
|
+
|
Dampak pada pengguna
secara pribadi
|
+
|
+
|
-
|
Tabel ini menjelaskan dan membandingkan setiap kategori keberhasilan sistem informasi pada tingkat pengguna di Kanada, Jerman, dan Perancis. Tanda “ + “ menunjukkan bahwa kategori tersebut timbul pada budaya yang sesuai dan tanda “ – “ menunjukkan ketidaksesuaian budaya.
4 kategori awal merupakan kategori umum yang
timbul di semua negara. Dan kategorinya lainnya merupakan kategori yang
disesuaikan dengan masing-masing negara.
Diskusi
Berdasarkan
penelitian, suatu keberhasilan system informasi tidak dapat didefinisikan
secara sama pada seluruh kelompok responden. Hal itu dikarenakan bagian social
dari system, termasuk pengguna dan dampak terhadap pengguna memang dipengaruhi
oleh nilai budaya. Contoh karakteristik orang Kanada yang individualistik, suka
berinovasi dan menghasilkan produk baru, serta lebih menyukai pendekatan
kreatif, mendukung dan membenarkan kategori “dampak pada keterampilan dan
pengetahuan individu”.
Contoh pada Jerman, system informasi berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan sehingga pengguna tidak bergantung pada
manajemen karena proses pengambilan keputusan tidak berada di tangan pengelola
saja, sehingga membenarkan kategori “Kebebasan pengguna dari manajemen dan ketergantungan
pada kelompok” serta dibenarkannya dimesin penghindaran ketidakpastian,
menjelaskan bahwa orang Jerman tidak menyukai kondisi yang ambigu. Semuanya
harus disiapkan dan peraturan serta prosedur harus dilaksanakan sebelum tugas
dilakukan.
Sedangkan pada Perancis, keputusan yang dibuat oleh manajer dianggap
sebagai keputusan yang sah dan tidak boleh diperdebatkan. Kekuasaan dianggap
sebagai nilai penting dalam masyarakat Perancis serta dibenarkannya kategori ” Kebebasan
pengguna dari manajemen dan ketergantungan pada kelompok” dan “Wewenang
pengguna melebihi system”. Pengguna lebih memilih untuk mempertahankan
kekuasaan diatas system dan lebih suka membuat keputusan sendiri bukan dengan
mengandalkan sistem. Mereka percaya bahwa system informasi yang berhasil
memungkinkan pengembangan pengetahuan dan ketrampilan individu. Skor tinggi
pada dimensi penghindaran ketidakpastian mengartikan bahwa orang Perancis tidak
menyukai situasi dan ambigusitas yang tidak terstruktur. Mereka lebih memilih
menurunkan resiko dan kejadian tidak terduga. Oleh karena itu, mereka
menerapkan strategi dan prosedur dalam organisasi yang diikuti oleh seluruh
karyawan.
Implikasi
Pertama,
penelitian ini menyediakan daftar kategori keberhasilan system informasi di
tingkat pengguna seperti yang dirasakan oleh kelompok orang dari berbagai
budaya nasional (Prancis, Kanada dan Jerman). Kategori ini akan membantu
mengevaluasi kinerja sistem informasi yang diputuskan untuk diterapkan dalam setiap
budaya dengan menggunakan kategori di tingkat pengguna. Kedua, penelitian ini
juga merekomendasikan agar makna keberhasilan system informasi yang dibuat oleh
organisasi dirasakan oleh pengguna lokal di setiap budaya dengan asumsi
keberhasilan sistem standar yang ada. Ketiga, penelitian ini dapat terus
berkontribusi terhadap berkembangnya penelitian kualitatif penting dalam
disiplin system informasi.
Kesimpulan
Budaya
nasional mempengaruhi sistem sosial dan sosio-teknis. Penelitian lintas budaya
ini dilakukan untuk memahami pengaruh budaya nasional terhadap persepsi tentang
makna keberhasilan system informasi di tingkat pengguna. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa orang-orang dari berbagai budaya nasional tidak mendefinisikan
dan menganggap keberhasilan system informasi sama pada tingkat pengguna. Penelitian
ini adalah penelitian pertama yang mempelajari makna keberhasilan system
infotmasi di lingkungan multicultural. Periset diundang untuk meniru penelitian
ini di budaya nasional yang sama agar dapat menambahkan pengetahuan dan
informasi pada penelitian ini.
Rangkuman Jurnal Kelompok 13
- Rediana C1C0151006
- Anasti Dwi Martantya C1C015027
- Mevika Nabila Larasati C1C015107
Rangkuman Jurnal Kelompok 13
- Rediana C1C0151006
- Anasti Dwi Martantya C1C015027
- Mevika Nabila Larasati C1C015107
Tidak ada komentar:
Posting Komentar