Total Tayangan Halaman

Selasa, 06 Desember 2016

Perbedaan Financial Statement dan Financial Reporting

Bila diartikan secara harfiah, Financial Statement memiliki arti yaitu Laporan Keuangan yang merupakan catatan informasi keuangan yang disusun oleh perusahaan pada suatu periode akuntansi yang digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Namun laporan ini masih berbentuk data sehingga belum diverifikasi. Laporan keuangan terdiri atas 5 jenis, yaitu :
1.     Laporan Laba Rugi, yaitu bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi  yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
2.     Laporan Posisi Keuangan / Neraca, yaitu  bagian dari laporan keuangan  suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi  yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aser, liabilitas, dan ekuitas.
3.   Laporan Arus Kas, yaitu bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan.


4.  --Laporan Perubahan Ekuitas, yaitu laporan keuangan yang harus dibuat oleh perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut.

5  5.     Catatan atas Laporan Keuangan, yaitu catatan tambahan dan informasi yang ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk memberikan tambahan informasi kepada pembaca dengan informasi lebih lanjut. Catatan atas Laporan Keuangan membantu menjelaskan perhitungan item tertentu dalam laporan keuangan serta memberikan penilaian yang lebih komprehensif dari kondisi keuangan perusahaan.


Sedangkan Financial Reporting memiliki arti yaitu Pelaporan Keuangan yang merupakan bentuk penyajian laporan keuangan oleh perusahaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Penyajian ini meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi dan keuangan. Pada pelaporan keuangan, laporan keuangan ditambah  dengan laporan-laporan manajerial lain seperti profil perusahaan, harga saham, CSR, dll.Aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat, peraturan yang berlaku termasuk PABU. Pelaporan Keuangan merupakan data-data yang  telah diolah dan diverifikasi menjadi pernyataan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sehingga, perbedaan antara Financial Reporting dan Financial  Statement terdapat pada isi dan susunan laporannya. Financial Reporting cenderung bersifat kualitatif dengan tambahan data kuantitatif untuk mendukung data kualitatifnya, sedangkan Financial  Statement data-datanya cenderung bersifat kuantitatif.

Sumber gambar : Google Images

Perbedaan Siklus Akuntansi Manual dan Siklus Akuntansi Berbasis SIA

Siklus akuntansi manual adalah suatu proses kesinambungan dalam  pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan dengan tenaga manusia tanpa bantuan teknologi seperti komputer. Dalam proses pencatatan, terdapat 9 langkah yang harus dilakukan secara bertahap dalam satu siklus akuntansi manual, yaitu :
1.      Mengumpulkan dan menganalisa setiap bukti atau data transaksi
2.      Pencatatan transaksi atau penjurnalan
3.      Memposting nilai catatan atas transaksi jurnal ke dalam Buku Besar
4.      Menyusun Neraca Percobaan atau Trial Balance
5.      Menyusun Jurnal Penyesuaian
6.      Menyusun Neraca Percobaan Setelah Penyesuaian atau Adjusted Trial Balance
7.      Menyusun Laporan Keuangan
8.      Melakukan Penutupan Buku
9.      Menyusun Penyesuaian Kembali Pasca Penutupan



Siklus akuntansi berbasis SIA adalah suatu proses kesinambungan dalam pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan menggunakan teknologi canggih seperti komputer dan software akuntansi dalam memproses data. Dengan bantuan teknologi canggih, diharapkan proses pencatatan menjadi lebih cepat dan menghasilkan data yang akurat.



Perbedaan Sistem Akuntansi Manual dan Sistem Akuntansi berbasis SIA

Sistem Akuntansi Manual
Sistem Akuntansi berbasis SIA
Sistem manual berperan sebagai pengendali.
      Modul buku besar menjadi sebagai  data stronge.

Pengamanan bukti-bukti pembukuan, baik sumber dokumen maupun dokumen pendukung harus dijaga dengan ketat dan rahasia.
Pencatatan data akuntansi berupa buku besar dan buku pembantu di simpan di sistem database.
Membutuhkan waktu dan tenaga yang optimal untuk melakukan jejak audit.
Dapat dilakukan jejak audit berdasarkan bagan alir program dan bagan alir sistem yang tersedia.
Mekasimalisasi pemakaian tenaga manusia untuk proses entry data.
Peranan tenaga manusia terbatas pada entry data.
Penerapan aturan yang berlapis sesuai hirarki organisasi dalam penerapan control terhadap manusia.
Informasi keuangan yang dapat dimunculkan segera serentak melalui media windows.



Sumber gambar : Google Images

Senin, 28 November 2016

General controls dan Application Controls

A.    General Controls
General Controls atau Pengendalian Umum adalah pengendalian menyeluruh yang berdampak terhadap lingkungan sistem informasi komputer (SIK), meliputi kebijakan dan prosedur mengenai semua aktivitas PDE, serta untuk memberikan tingkat keyakinan yang memadai bahwa seluruh tujuan pengendalian intern dapat dicapai. Pengendalian ini diperlukan untuk memberikan jaminan bahwa pengendalian aplikasi berjalan dengan baik, karena jika pengendalian aplikasi tidak berfungsi, maka pengendalian umum akan langsung bereaksi dan memberikan umpan balik sehingga petugas dapat segera melakukan koreksi.
            Menurut IAI, pengendalian umum meliputi unsur-unsur sebagai berikut.
1.      Pengendalian Organisasi dan Manajemen
meliputi pemisahan fungsi serta kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan fungsi pengendalian.
2.      Pengendalian terhadap Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem Aplikasi
untuk memperoleh keyakinan bahwa sistem PDE telah dikembangkan dan dipelihara secara efisien dan ada otorisasinya.
3.      Pengendalian terhadap Operasi Sistem
Terdapat poin-poin sebagai berikut.
a. Sistem digunakan hanya untuk hal-hal yang telah ada otorisasinya.
b. Akses ke operasi komputer hanya diijinkan kepada mereka yang telah memiliki otorisasi.
c. Program yang digunakan juga hanya yang ada otorisasinya.
d. Kesalahan pengolahan dapat dideteksi dan dikoreksi.
4.      Pengendalian terhadap Perangkat Lunak Sistem
Untuk meyakinkan bahwa perangkat lunak sistem dimiliki dan dikembangkan secara efisien, serta diotorisasikan.
5.      Pengedalian terhadap Entri Data dan Program
Struktur otorisasi ditetapkan dengan jelas atas transaksi, serat akses ke data dan program dibatasi hanya kepada mereka yang memiliki otorisasi.
6.      Pengendalian terhadap Keamanan PDE
Menjaga PDE lain yang berhubungan dengan PDE bersangkutan, misalnya digunakannya salinan cadangan (backups) di tempat yang terpisah, prosedur pemulihan (recovery procedures) ataupun fasilitas pengolahan di luar perusahaan dalam hal terjadi bencana.
Keenam kategori tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tujuh jenis pengendalian umum, yakni:
1.      Pengendalian organisasi dan manajemen
2.      Pengendalian piranti lunak dan piranti keras
3.      Pengendalian akses
4.      Pengendalian data dan prosedur
5.      Pengendalian pengembangan sistem baru
6.      Pengendalian pemeliharaan sistem dan program
7.      Pengendalian dokumentasi

B.     Application Controls
Application controls atau pengendalian aplikasi adalah suatu sistem pengendalian intern komputer yang berkaitan dengan pekerjaan atau kegiatan tertentu yang telah ditentukan (setiap aplikasi memiliki karatekristik dan kebutuhan pengendalian yang berbeda). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian bahwa pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran transaksi sah serta pemutakhiran file-file induk akan menghasilkan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu.
Pengendalian aplikasi terdiri dari :
1.      Pengendalian masukan atau input controls
Input merupakan salah satu tahap dalam sistem komputerisasi yang paling krusial dan mengandung resiko. Resiko yang dihadapi antara lain data transaksi yang ditulis oleh pelaku transaksi salah; kesalahan pengisian dengan kesengajaan disalahkan; atau penulisan tidak jelas sehingga disalahartikan oleh orang lain. Cara pemrosesan data input antara lain :
1)      Sistem batch processing
2)      Sistem on-line real time
3)      Pengendalian bersifat prevention
4)      Pengendalian bersifat detection
5)      Pengendalian bersifat correction
2.      Pengendalian proses pengolahan data atau processing controls
Pengendalian proses (processing controls) ialah pengendalian intern untuk mendeteksi jangan sampai data valid menjadi error karena adanya kesalahan proses. Timbulnya error dapat disebabkan antara lain oleh kesalahan logika program; salah rumus; salah urutan program; atau ketidak terpaduan antarsubsistem maupun kesalahan teknis lainnya..
3.      Pengendalian keluaran atau output controls
Pengendalian keluaran atau (output controls) ialah pengendalian intern untuk menghindari informasi yang disajikan tidak akurat, tidak lengkap, tidak mutakhir datanya, atau didistribuskan kepada orang-orang yang tidak berhak. Kemungkinan resiko yang dihadapi terkait dengan output ialah laporan tidak akurat; tidak lengkap; terlambat atau data tidak up to date; data yang tidak relevan; bias; dibaca oleh pihak yang tidak berhak.

C.    Perbedaan antara Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi
Perbedaan utama antara pengendalian umum dan pengendalian aplikasi adalah bahwa sifat pengendalian umum adalah prosedural, sedangkan pengendalian aplikasi bersifat lebih berorientasi pada data. Oleh sebab itu, bagi auditor mungkin saja menilai pengendalian umumnya secara terpisah dari penilaian terhadap pengendalian aplikasi.

Referensi : 
http://euiskurniasih.blogdetik.com/2011/10/13/general-control-dan-application-control
http://makjegagik.blogspot.co.id/2012/05/pengendalian-umum-dan-aplikasi.html

Selasa, 22 November 2016

FRAUD

A. TEORI FRAUD  
a. Triangle Fraud

Pressure
Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud. Contohnya hutang yang menumpuk; gaya hidup mewah; kecanduan rokok, narkoba, judi dll. Pada umumnya yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial. Namun bisa juga terdorong oleh keserakahan.

Rationalization
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas tindakannya, misalnya:
1.      Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang dicintainya.
2.      Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak mendapatkan
lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi, dll).
3.      Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak masalah
jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.

Opportunity
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Biasanya disebabkan karena internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud.



b.    Diamond Fraud

 




Setelah kita mengetahui Triangle Fraud ada karena adanya Pressure, Rationalization dan Opportunity, di dalam Diamond Fraud terdapat faktor Capability juga.

Capability adalah sifat dan kemampuan pribadi seseorang yang mempunyai peranan besar yang memungkinkan melakukan suatu tindak kecurangan. Pada elemen Capability terdapat beberapa komponen kemampuan untuk menciptakan fraud yaitu:
·      posisi/fungsi seseorang dalam perusahaan
·      kecerdasan (brain)
·      tingkat kepercayaan diri/ego (confident/ego)
·      kemampuan pemaksaan (coercion skills)
·      kebohongan yang efektif (effective lying)
·      kekebalan terhadap stres (immunity to stress)

c.    Pentagon Fraud

 




Arrogance
Sifat  keegoisan  dan  arogansi  dari  seorang  predator  tidak dapat dipisahkan. Sifat arogansi membentuk suatu perilaku tidak mau kompromi dan  selalu  mencari  solusi  atas  segala  rancangan  yang  yang  telah  dilaksanakan. Sehingga  dapat  membentuk  suatu  sikap  “because  they  can”  atau  mereka  dapat  melakukannya.  Biasanya  sikap  arogansi,  biasa  dilakukan oleh  beberapa  kalangan yang memiliki kemampuan tinggi. Contohnya manajer yang memerintah bagian keuangan untuk memanipulasi laporan keuangan perusahaan karena manajer tersebut mempunyai jabatan yang tinggi.

d.    Teori White Collar Crime

Kajian white collar crime sendiri mulai dipopulerkan oleh Edwin H. Sutherland pada tahun 1939, yang diistilahkan sebagai perbuatan kejahatan oleh orang yang terhormat dan memiliki status tinggi serta berhubungan dengan pekerjaannya. Jadi, kejahatan kerah putih adalah kejahatan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh pelaku bisnis dan pemerintah profesional. Ciri khas dari kejahatan kerah putih yaitu penipuan, penyuapan, skema Ponzi, insider trading, pemerasan tenaga kerja, penggelapan, cybercrime, pelanggaran hak cipta, pencucian uang, pencurian identitas dan pemalsuan. Teori asosiasi diferensial dari teori white collar crime adalah sebagai berikut :
-          Kejahatan yang dipelajari
-          Tidak dipengaruhi oleh faktor genetik
-          Dipelajari dari kelompok pribadi yang intim

e.       Scale Fraud

Sembilan faktor yang memotivasi terjadinya penipuan:
1.      Hidup di luar kemampuan
2.      Keinginan yang besar untuk keuntungan pribadi
3.      Utang pribadi yang tinggi
4.      Tutup hubungan dengan pelanggan
5.      Membayar tidak sepadan dengan pekerjaan
6.      Kendaraan roda-dealer
7.      Tantangan kuat untuk mengalahkan sistem
8.      Perjudian yang berlebihan
9.      Keluarga tekanan / sebaya
Teori Fraud Scale dicetuskan oleh Dr.Steve Albrecht. Menurut Albrecht 3 faktor penyebab seseorang melakukan fraud atau kecurangan dilihat dari karakteristik khusus menurut teori fraud scale adalah :
a.       Hidup di luar kemampuan mereka
b.      Keinginan yang besar untuk keuntungan
c.       Hutang pribadi yang tinggi


Sedangkan faktor resiko terjadinya fraud menurut teori ini adalah dikarenakan terlalu besar dalam menaruh kepercayaan kepada karyawan serta lemahnya pengendalian dari atasan.  Kecurangan paling sering terjadi ketika (i) tekanan pada situasi sangat  tinggi, (ii) Integritas pribadi yang rendah, serta (iii) adanya kesempatan atau peluang yang tinggi untuk melakukan fraud.

B.  COSO (Committe of Sponsoring Organizations of the Treadway Commision)

COSO atau Committe of Sponsoring Organizations of the Treadway Commision adalah suatu inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan dan membuat rekomendasi untuk mengurani kejadian tersebut. Pada tahun 1992, COSO mengeluarkan definisi tentang pengendalian internal sebagai suatu proses yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan yaitu efektivitas dan efisiensi operasi, ekandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan yang berlaku.




Terdapat 5 pengendalian internal menurut COSO, yaitu:
1.      Control Environment (Lingkungan pengendalian)
Control Environment merupakan dasar komponen pengendalian internal dan tindakan atau kebijakan manajemen dapat mencerminkan sikap manajemen puncak dalam pengendalian manajemen. Yang termasuk dalam Control Environment antara lain:
a)      Integrity and ethical values (integritas dan nilai etika)
b)      Board of directors and audit committee (dewan komisaris dan komite audit)
c)      Management’s philoshophy and operating style (filosofi manajemen dan gaya mengelola operasi)
d)     Organization structure (struktur organisasi)
e)      Human resource policies and procedures (kebijakan sumber daya manusia dan prosedurnya)
2.      Risk Assessment
Kondisi ekonomi, industri, regulasi dan operasi selalu berubah, maka diperlukan Risk Assessment sebagai tindakan manajemen untuk mengidentifikasi, menganalisis resiko-resiko yang terkait dengan perubahan tersebut dalam menyusun laporan keuangan dan perusahaan secara umum. Yang termasuk dalam Risk Assessment :
a)      Company wide objectives (tujuan perusahaan secara keseluruhan)
b)      Process level objectives (tujuan disetiap tingkat proses)
c)      Risk identification and analysis (identifikasi resiko dan analisisnya)
d)     Managing change (mengelola perubahan)
3.      Control Activities (Aktivitas Pengendalian)
Tindakan dan prosedur yang diambil manajemen dalam rangka pengendalian intern berguna untuk membantu meyakinkan manajemen bahwa arahannya telah dijalankan. Yang termasuk Control Activities yaitu :
a)      Policies and procedures (kebijakan dan prosedur)
b)      Security application and network (keamanan dalam hal aplikasi dan jaringan)
c)      Application change management (manajemen perubahan aplikasi)
d)     Bussiness continuity or backups (kelangsungan bisnis)
e)      Outsourcing
4.      Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)
Sistem informasi menghasilkan laporan yang berisi informasi operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan mengendalikan bisnis. Sehingga tdiperlukan tindakan unutk mencatat, memproses dan melaporkan transaksi yang sesuai untuk menjaga akuntabilitas. Yang termasuk Information and Communication antara lain :
a)      Quality of information (kualitas informasi)
b)      Effectiveness of communication (efektivitas komunikasi)
5.      Monitoring (Pemantauan)
Pemantauan dilakukan sebagai penilaian terhadap mutu pengendalian internal secara berkelanjutan maupun periodik untuk memastikan pengendalian internal telah berjalan dan telah dilakukan penyesuain apabila diperlukan. Yang termasuk Monitoring antara lain :
a)      On-going monitoring (pengawasan yang terus berlangsung)
b)      Separate evaluations (evaluasi terpisah)
c)      Reporting deficiencies (melaporkan kekurangan yang terjadi)

C. FRAUD TREE

·         Corruption (Korupsi)
Korupsi biasanya berbentuk kecurangan off-books dan ditemukan balam bentuk pemberian komisi, hadiah, dan hibah kepada pegawai pemerintah dan kontraktor atau kepada pegawai perusahaan swasta dari pemasok. Korupsi dapat dibedakan menjadi:
a.       Conflicts of interest (konflik kepentingan). Konflik kepentingan terjadi ketika seseorang bertindak atas nama pihak ketiga selama pelaksanaan tugasnya atau memiliki kepentingan dalam kegiatan yang sedang dilakukan. Konflik kepentingan biasanya dilakukan dalam hal skema pembelian dan penjualan (purchasing and sales schemes) yang terjadi dalam perusahaan.
b.      Bribery (penyuapan). Suap melibatkan pemberian, persembahan, meminta, atau menerima hal-hal berharga untuk mempengaruhi pejabat dalam pelaksanaan tugasnya. Penyuapan biasanya berupa penyuapan faktur (invoice kickbacks) dan persekongkolan tender (bid rigging).
c.       Illegal gratuties (gratifikasi ilegal). Transaksi (mirip suap) berupa memberi, menerima, menawarkan, atau meminta sesuatu yang berharga karena tindakan resmi yang telah diambil, yang terjadi setelah fakta.
d.      Economic extortion (pemerasan ekonomi). Pemerasan ekonomi adalah penggunaan (atau ancaman) kekuatan (termasuk sanksi ekonomi) oleh individu atau organisasi untuk mendapatkan sesuatu yang berharga (aset, informasi, atau kerjasama keuangan/ekonomi untuk mendapatkan keputusan yang menguntungkan).
·         Asset Missappropriation (Penyalahgunaan Aset)
a.       Cash (Kas)
Penyalahgunaan aset kas biasanya dilakukan dalam bentuk:
1.      Pencurian kas di tangan (theft of cash in hand)
2.      Pencurian penerimaan kas (theft of cash receipts)
-          Skimming, yaitu pencurian terhadap penerimaan kas dari penjualan, piutang, pengembalian dan yang lainnya yang belum tercatat. Misalnya, mencuri cek yang diterima melalui pos; mencatat penjualan yang lebih rendah dari nilai penjualan yang sebenarnya; dan mengambil uang angsuran dari hasil penagihan kepada nasabah.
-          Cash larceny, yaitu pengambilan secara sengaja uang kas milik perusahaan atau pemberi kerja, tanpa seijin dan bertentangan dengan peraturan atau keinginan pemberi kerja, misalnya pencurian kas dari simpanan bank atau kas perusahaan.
3.      Kecurangan pembayaran (fraudulent disbursements).
-          Billing schemes (skema penagihan), yang terbagi menjadi tagihan melalui penjualan peusahaan, tagihan melalui pemasok yang tidak sesuai, dan tagihan melalui pembelian pribadi menggunakan uang perusahaan.
-          Payroll schemes (skema gaji). Pelaku biasanya mengubah informasi yang berhubungan dengan skema gaji dengan modus ghost employee, memalsukan upah, dan skema komisi.
-          Expense reimbursement schemes (skema penggantian biaya), dilakukan dengan cara mencurangi 4 hal lazim yang terjadi dalam penggantian biaya, yaitu biaya disalah artikan, biaya lebih saji, biaya fiktif, dan beberapa pengembalian.
-          Check tampering (penggelapan cek), biasanya dilakukan dengan cara memalsukan pembuat cek, memalsukan keabsahan cek, mengubah penerima cek dan pembuat yang berwenang.
-          Register disbursement (register pembayaran). Kecurangan yang biasa dilakukan berupa pemalsuan pembatalan register dan pemalsuan register pengembalian.
b.      Inventory & All Other Asset (Aset persediaan dan aset lainnya)
1.      Misuse (penyalahgunaan)
2.      Larceny (pencurian).
-       Asset requisition & transfer. Penggunaan dokumen internal untuk meminta pemindahan asset ke lokasi/cabang lain dalam upaya pencurian aset.
-       False shipment. Membuat dokumen pengiriman dan dokumen penjualan palsu untuk menutupi penerimaan persediaan atau aset lain sehingga terlihat seolah olah terdapat penjualan untuk menutupi kecurangan yang dilakukan misalnya dengan memalsukan catatan penjualan dll.
-       Purchasing & receiving. Pembelian barang yang tidak dibutuhkan dan mencuri aset tersebut dengan memalsukan catatan penerimaan barang.
-       Unconcealed larceny. Pengambilan inventory atau persedian perusahaan, tanpa disertai tindakan oleh pelaku untuk menutupi tindakannya dalam bentuk buku maupun catatan.
·         Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan)
Kecurangan laporan keuangan dilakukan melalui salah saji material dalam laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan tersebut dapat dilakukan dengan cara menyajikan:
1.      Asset/revenue overstatement (aset/pendapatan lebih saji). Kecurangan ini biasanya dilakukan melalui perbedaan waktu, pendapatan yang dibuat-buat, kewajiban dan biaya yang disembunyikan, valuasi aset yang tidak sesuai, serta pengungkapan yang tidak sesuai.
2.      Asset/revenue understatement (aset/pendapatan kurang saji). Kecurangan ini biasanya dilakukan melalui perbedaan waktu, pendapatan yang dibuat kurang saji, kewajiban dan beban yang dibuat lebih saji, serta valuasi aset yang tidak sesuai.

Sumber:
James A. Hall, Accounting Information System Seventh Edition.